Gedung Eks Brigif 6 (Gedung DHC 45)
I | IDENTITAS | ||||
Situs | : | Gedung Eks Brigif 6 | |||
Alamat | : | Jl. Mayor Sunaryo no.4 | |||
Kelurahan | : | Kedung Lumbu | |||
Kecamatan | : | Pasar Kliwon | |||
Kota | : | Surakarta | |||
Provinsi | : | Jawa Tengah | |||
Koordinat | : | 7°34’25.0″LS-110°49’56.1″BT | |||
Batas-batas | : | Utara | : | Jl. Mayor Sunaryo | |
Selatan | : | Kompleks Ruko Beteng | |||
Barat | : | Beteng Trade Center (BTC) | |||
Timur | : | Jl. Kapten Mulyadi | |||
II | DESKRIPSI | ||||
Uraian | : | Gedung Eks Markas Brigif VI terletak Jl. Mayor Sunaryo no 4 Surakarta ini merupakan bangunan berarsitektur Indische Empire. Bangunan Gedung Eks Brigif 6 terdiri dari tiga bangunan yang masing- masing terletak di bagian timur, bagian tengah, dan bagian barat. Pada tahun 2014 gedung ini dilakukan rehabilitasi dari pihak pemilik (Kodam Diponegoro) serta sempat dimanfaatkan sebagai (re-use) sebagai toko. | |||
Ukuran | : | Luas lahan : 4852 m2
Luas bangunan: + 916 m2 |
|||
Kondisi Saat Ini | : | Gedung Eks Markas Brigif VI dalam kondisi baik dan terawat | |||
Sejarah | : | Bangunan yang didirikan kurang lebih akhir abad 19 pada awalnya dipakai sebagai balai pengobatan (Verzogingsgesticht te Soerakarta). Dari segi fungsional bangunan sebagai balai pengobatan sehingga menampakkan fasad bangunan yang cenderung sederhana dan tegas dengan dominasi jendela-jendela pada tampak depannya. Demikian halnya di dalam penyelesaian interior yang cenderung lugas tanpa adanya detail-detail penyelesaian arsitektur. Bangunan ini dikonsep dengan tanpa sekat, kemungkinan di masa dahulu sekat berwujud semipermanen.
Meskipun didirikan pada periode gaya arsitektur ‘indische empire’ (abad 18) yang ciri khasnya terletak pada keberadaan tiang romawi pada fasadnya, namun di bangunan Eks Brigif ini tidak dijumpai penggunaan tiang semacam itu. Ciri ‘indische empire’ lebih terlihat pada denah bangunan yang simetris dengan bangunan unit tengah sebagai sentral. Adapun ciri ‘indische empire’ dengan ciri khas berupa keberadaan tiang bergaya romawi banyak dijumpai di kawasan Benteng Vastenburg, seperti gereja GPIB, balaikota, kantor PTT, hotel slier, gedung BI serta rumah di loji wetan. Namun ciri ‘indische empire’ di kawasan tersebut sudah banyak yang hilang. Bangunan merupakan bangunan berstruktur bearing wall dengan ketebalan dinding 70 cm. Fasad bangunan menampakkan tanpa adanya galeri (teras), dinding depan dipasang hingga bagian atap sehingga menampakkan bangunan yang masif seolah tanpa penutup atap berupa genteng. Sebagai pelindung tempias air hujan terhadap jendela adalah dengan penambahan atap tambahan di atas setiap jendela dengan konsol besi. Bangunan utama yang berada di tengah menampakkan fasad gaya arsitektur yang lugas dan tegas yang dicirikan dengan garis-garis horizontal di bagian atas bangunan maupun sudut-sudut bangunan. Sebagai focal point di gedung tengah dengan penempatan gevel. Tetapi jika dilihat dari belakang terlihat atap limasan dengan bentang sempit. Sejak dibangun hingga pada masa pergerakan, gedung ini telah beberapa kali mengalami perubahan fungsi Tahun 1900: digunakan sebagai Balai Pengobatan atau Verzogingsgesticht te Soerakarta 1940an : sebagai kantor Kleine Staf en Observation 1942 : dikuasai tentara Jepang 1945-1948 : sebagai markas Resimen Infanteri 26 1952 : sebagai markas Resimen Infanteri 15 1961 – 1985 : sebagai markas Brigade Infanteri 6/2 Kostrad 1991 – sekarang : digunakan sebagai kantor Dewan Harian Cabang Angkatan 45 (DHC45) Pada periode tahun 1985-1990an kompleks bangunan ini mengalami pengurangan luas lahan terkait pembangunan BTC |
|||
Status Kepemilikan dan/atau Pengelolaan | : | Kodam IV Diponegoro |