Kelompok Seni Hadrah Al-Amin Ketelan Surakarta

Kelompok Seni Hadrah Al-Amin Ketelan Surakarta

Secara historis, hadrah atau yang sekarang ini kita kenal dengan musik terbangan atau rebana, sudah dikenal sejak masa Nabi Muhammad SAW. Hal ini terlihat dari penyambutan kaum Anshar kepada Nabi Muhammad SAW. saat sampai di Madinah setelah hijrah dari Makkah.

Ketika sampai, Nabi Muhammad SAW. langsung disambut dengan shalawat “Thala’al Badru” yang musik perkusi, sebagai ungkapan diiringi dengan alat kebahagiaan mereka atas kehadirannya. Dari situlah kira-kira munculnya hadrah, sehingga dapat dikatakan bahwa hadrah berasal dari Bangsa Arab dan negara negara Timur Tengah.

Seni hadrah diperkirakan mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada abad ke-13 H,

dibawa oleh seorang ulama besar dari negeri Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al- Habsyi (1259-1333H/1839-1931 M). la datang ke Indonesia dengan misi dakwah Islam.

Di samping itu ia juga membawa kesenian Arab berupa pembacaan shalawat diiringi rebana yang kemudian dikenal dengan Seni Hadrah. Cara Habib Ali dalam mengenalkan Hadrah, yaitu dengan mendirikan sebuah majelis shalawat sebagai sarana mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW.

Hadrah Al-Banjari masih merupakan jenis musik hadroh yang mempunyai keterkaitan sejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga, Jawa.

Karena perkembangannya yang menarik,

kesenian ini seringkali digelar dalam acara-acara seperti maulid nabi, isra’ mi’raj atau hajatan semacam sunatan dan pernikahan.

Alat hadrohnya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musik yang dimainkan.

Sanggar Seni