Museum Astana Oetara

Museum Astana Oetara

KGPAA Mangkunegara VI bertahta pada 1896-1916 nama kecilnya yakni RM. Soejitno, beliau adalah adik dari KGPAA Mangkunegra V. sebagai penguasa Mangkunegara VI lebih mengedepankan ekonomi dan keuangan sehingga kas mangkunegaran yang sempat turun dapat dipulihkan Kembali dengan cara efisiensi pengeluaran serta mengoptimalkan perdagangan.

Mangkunegara VI adalah sosok pelopor yang mampu mengembalikan lagi kepengurusan perusahaan Mangkunegaran dengan pengendalian langsung oleh Mangkunegaran dan mampu memisahkan antara keuangan perusahaan dengan keuangan Kerajaan. Semua perusahaan dalam kontrol superitenden dan campur tangan residen Belanda dalam keuangan perusahaan berakhir, dengan begitu Mangkunegaran menjadi otonom dalam pengeloaan keuangan kerajaan.

Mangkunegara VI memiliki prestasi kerja yang luar biasa pada saat itu berhasil melaksanakan reformasi praja dari situasi buruk, membangun Kembali kekuatan  Legiun Mangkunegaran, menciptakan iklim pluralisme didalam Praja Mangkunegaran dengan mengijinkan abdi dalem memeluk agama kristen, memulihkan kembai keuangan dan ekonomi Mangkunegaran,Menciptakan kesenian wayang pada yakni kesenian wayang semalam suntuk menjadi 4 jam, melarang pemujaan tempat-tempat keramat yang menjadi kedok tempat skandal dan prostitusi.

Pada tahun 1916 Mangkunegara VI justru mengundurkan diri secara diam-diam dari tahta dan berangkat ke Surabaya beserta keluarga, beliau memiliki 2 putera dan putri yakni KPH Soejono Handayaningrat dan BRAy Soewasti Hatmosurono, di Surabaya Putera dan menantunya RMP. Hatmosurono justru aktif dalam pergerakan Budi Utomo bersama dengan Dr.Sutomo.

Mangkunegara VI meninggal pada 25 Juni 1928 di Surabaya, dan jenazahnya sempat disemayamkan  di Thiong Ting Solo untuk kemudian beliau dimakamkan di Astana Utara Nayu yang merupakan komplek pemakaman keluarga.

Museum

Lokasi