Musik Dan Lorong Waktu Lokananta

Berbicara mengenai sejarah musik Indonesia, tak lepas dari peranan Lokananta. Studi musik tertua di Indonesia ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan musik Nusantara. Nama-nama beken seperti Titiek Puspa, Waldjinah, Gesang, Bing Slamet, dan Sam Saimun lahir dari studio yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 387, Solo ini. Sejak awal berdiri pada 29 Oktober 1956, Lokananta mempunyai dua tugas besar yakni produksi dan duplikasi piringan hitam. Mengikuti perkembangan zaman, studio kemudian memproduksi VHS, kaset audio, yang berlanjut ke compact disk. Album dari penyanyi keroncong Waldjinah menjadi kaset pertama yang diproduksi oleh Lokananta. Dekade 1970-an hingga 1980-an merupakan era keemasan bagi Lokananta.

Pada era 1990-an, Lokananta memasuki masa kelam lantaran mulai muncul pembajakan di industri musik. Namun titik terendah terjadi ketika Departemen Penerangan dibubarkan. Setelah dilikuidasi, di tahun 2004 Lokananta diakuisisi Perum Percetakan, dan resmi menjadi kantor cabang di Solo dengan nama ‘Perum Percetakan Negera RI Cabang Surakarta -Lokananta’.

Kali pertama memasuki gedung utama, sejumlah pita master rekaman dengan berbagai ukuran menggantung di dinding. Di sini, pengunjung bakal dimintai tiket masuk senilai Rp25.000, termasuk merchandise berupa stiker, gantungan kunci, booklet, dan tas kanvas kecil.

Keluar dari lorong ini, pengunjung lantas disambut taman hijau lengkap dengan air mancurnya. Irama lagu Jawa dari pengeras suara menemani sepanjang eksplorasi ruang demi ruang. Ruang pertama yang disinggahi adalah tempat menyimpan gamelan bernama Kyai Sri Kuncoro Mulyo. Gamelan ini dibuat pada zaman Pangeran Diponegoro yang sudah ada sejak 1920.

Ruang berikutnya adalah ruang koleksi mesin-mesin yang pernah digunakan di Lokananta. Di antaranya mesin duplikasi kaset audio, VHS, mesin pemotong pita kaset, pemutar piringan hitam dan sebagainya. Mesin-mesin itu mayoritas produksi 1960an-1990an. Di sebelahnya terdapat koleksi piringan hitam lawas yang seluruhnya diproduksi oleh Lokananta. Salah satunya, souvenir piringan hitam bagi negara peserta ASIAN Games 1962. Seluruh koleksi itu masih bisa diputar sampai saat ini. Berpindah ke ruang selanjutnya, studio rekaman yang berbeda gedung. Sama seperti studio rekaman pada umumnya, ini adalah ruang kedap suara. Di dalamnya terdapat alat-alat rekaman lawas, termasuk konsol musik yang hanya ada dua di dunia, satu di Lokananta dan satu lagi di London. Sampai saat ini, Studio Rekaman Lokananta masih digunakan untuk merekam musik, khususnya dari band-band indie. Mereka masih memproduksi rilisan fisik bagi penggemarnya di tengah gempuran rilisan digital.

WISATA SEJARAH

LOCATION

LOCATION