Indahnya Masjid Agung Keraton Solo
Masjid Agung Surakarta terletak di sebelah utara Pasar Klewer, atau tepat di sebelah barat alun-alun lor Keraton Surakarta. Masjid yang memiliki arsitektur Jawa kuno ini merupakan salah satu masjid kuno yang ada di Indonesia. Bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta, Masjid Raya menempati area seluas 19.180 meter persegi. Masjid ini dipisahkan dari sekitarnya oleh pagar tembok setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug dengan tiga atap dan berujung mustaka (mahkota).
Di dalam kompleks Masjid Agung terdapat berbagai bangunan dengan fungsi budaya Islam-Jawa yang khas. Ada juga maksura yang merupakan kelengkapan umum masjid kerajaan.
Meskipun bangunan utama masjid ini berarsitektur Jawa kuno, gerbang utama masjid ini bergaya Arab Persia. Berada di sebelah timur bangunan utama, gapura ini berdiri megah dengan satu pintu utama berukuran besar, diapit oleh dua pintu kecil di kiri dan kanannya. Dari gapura utama, pengunjung dapat duduk di teras masjid yang memanjang dari selatan ke utara dengan bagian tengah bagian depannya menjorok, istilahnya tratag rambat.
Bangunan utama masjid ditopang oleh empat tiang (tiang utama) dengan 12 saka rawa (tiang tambahan). Sekilas mirip bangunan rumah joglo. Di sini juga terdapat mihrab dan mimbar untuk menyampaikan khutbah keagamaan. Dari luar, bentuk atap masjid ini mirip dengan Masjid Agung Demak yang diikat dengan limasan. Ruangan lainnya adalah pawestren sebagai tempat sembahyang bagi perempuan dan balai pertemuan. Hampir seluruh bagian bangunan masjid didominasi oleh kayu jati solid.
Selain keunikan bangunan, di sekitar halaman masjid terdapat beberapa hal menarik lainnya. Diantaranya, pagongan di sisi utara dan selatan setelah memasuki gerbang utama masjid. Pagongan berupa pendapa dengan ukuran bangunan yang sama. Fungsinya, sebagai tempat diletakkan dan dimainkannya gamelan keraton pada saat perayaan Sekaten. Selanjutnya, kandang dan garasi kereta untuk raja saat shalat Jumat dan gerebeg. Kemudian, menara adzan yang memiliki gaya arsitektur terinspirasi dari Qutub Minar di Delhi, India. Ada juga istiwak yaitu gnomon (tiang) yang menjadi bagian dari jam matahari untuk menentukan waktu sholat. Terakhir, gedang selirang, sebuah bangunan yang digunakan untuk para abdi dalem yang mengurus masjid.