Theodora Retno Maruti

Theodora Retno Maruti

seorang seniman tari dan maestro tari Jawa klasik gaya Surakarta. Retno Maruti juga seorang koreografer yang mengembangkan tari Jawa klasik yang dianggap kuno menjadi memukau selera penonton modern dalam beberapa pagelaran monumental. Selain mampu menampilkan seni tradisi dengan suatu kedalaman rasa secara kreatif, Retno Maruti juga berhasil melahirkan seniman dan penari klasik muda.

Sejak usia lima tahun, Maruti mulai belajar seni pertunjukan tradisi Jawa di perkumpulan seni lingkungan keraton seperti tari dan gamelan. Di luar keraton, ia juga sempat belajar macapat. Lebih lanjut, Maruti mendalami tarian dan tembang klasik Jawa dari sejumlah guru, seperti Laksminto Rukmi, Koesoemakesawa, Nyai Bei Mardusari, R. Ay. Sukorini, Basuki Kusworogo dan Sutarman. Saat SMP, Maruti terpilih menjadi penari kijang kencana dalam pentas rutin Sendratari Ramayana di Prambanan selama kurang lebih delapan tahun. Tak hanya pentas rutin, Maruti turut mempelajari koreografi, tata rias, busana, manajemen pertunjukan, dan kerjasama antarteman dalam pementasan.

Tak hanya tarian Jawa, Maruti juga mempelajari tari tradisi daerah lain, seperti tari Bali, Sunda, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan, Maruti pernah berkolaborasi dengan penari dan koreografer asal Bali Bulantrisna Djelantik dalam karya “Bedaya Legong Calonarang” (2006). Karya perpaduan tari Bedaya Jawa dan Legong Keraton Bali ini terinspirasi dari cerita rakyat Calonarang yang berasal dari Jawa Timur dan juga popular di Bali. Maruti telah menari di luar negeri sejak tahun 1960-an, mulai dari Asia, Amerika Serikat hingga Eropa. Bersama penari Arcadius Sentot Sudiharto yang juga suaminya, Maruti mendirikan sanggar tari Padnecwara di Jakarta dan rutin menggelar pementasan.

Tokoh Budaya