Timlo Solo
Dua buah piring akan segera dihadapkan begitu kita memesan menu komplit. Satu piring berisi nasi putih bertabur bawang merah goreng. Satu piring lagi memiliki cerukan lebih dalam berisikan kuah. Kesedapannya langsung tercium dari uap kuahnya yang saat diaduk akan terlihat berbagai rupa isiannya. Dalam satu mangkok, terdapat irisan telur ayam pindang, ati ampela ati ayam dan sosis tipis yang sudah seukuran dua jari.
Makanan ini sepintas mirip dengan sup tetapi tidak ada sayur mayur di dalamnya. Juga bukan soto, karena kuahnya lebih bening, encer dan segar. Nama hidangan itu adalah timlo. Konon, makanan ini merupakan hasil dari proses akulturasi masakan Tionghoa yang oleh pembawanya disebut dengan nama Kimlo. Seiring dengan proses akulturasi budaya terjadi perubahan pengucapan menjadi timlo.
Seperti masakan berkuah lainnya, timlo lebih nikmat disantap saat masih panas. Dengan ditambahi sedikit sambal kecap dan jeruk nipis, membuat lidah akan terus bergoyang. Telur pindang gterasa kenyal, sementara kuning telur yang remuk akan berenang-renang menunggu disendok.
Ada sejumlah warung timlo populer di Kota Solo, diantaranya adalah Timlo Sastro, Timlo Solo, Timlo Maestro dan sebagainya.